Contoh Laporan Praktik Baik atau best practice Pembelajaran Mendalam dalam memenuhi Tugas IN2 Pelatihan Mendalam (PM) untuk Guru. Sebgaaimana diketahui Pembelajaran Mendalam (PM) bukanlah sekadar metode baru atau kurikulum alternatif, melainkan sebuah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada penciptaan suasana belajar serta proses pembelajaran yang berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan, dengan mengolah pikiran (olah pikir), hati (olah hati), rasa (olah rasa), dan raga (olah raga) secara holistik dan terpadu.
Pendekatan ini muncul dalam konteks kebutuhan
pendidikan di Indonesia yang menghadapi berbagai tantangan—seperti rendahnya
keterampilan berpikir tingkat tinggi, ketimpangan akses belajar, dan dinamika
global yang menuntut generasi pembelajar yang adaptif serta mampu berpikir
kritis.
Dalam naskah tersebut ditegaskan bahwa PM
bukanlah kurikulum baru menggantikan seluruh struktur yang ada, melainkan
pendekatan yang dapat diintegrasikan ke dalam praktik pembelajaran di sekolah.
Dalam dokumen tersebut, tiga prinsip utama menjadi landasan pembelajaran mendalam, yaitu: berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan.
Berkesadaran mengacu pada peserta didik yang
memiliki kesadaran sebagai pembelajar, memahami proses pembelajaran yang mereka
jalani, fokus dan terbuka terhadap perspektif baru.
Bermakna menunjukkan bahwa pembelajaran
dihubungkan dengan konteks kehidupan nyata, terkait pengalaman sebelumnya, antar-disiplin,
dan memberikan manfaat untuk peserta didik sekarang dan masa depan.
Menggembirakan menegaskan bahwa suasana dan
aktivitas pembelajaran harus menarik, interaktif, memancing tantangan yang
memotivasi, dan membawa peserta didik pada pengalaman “aha” atau kesadaran baru
dalam belajar.
Selain tiga prinsip tersebut, dokumen juga
menegaskan bahwa pembelajaran mendalam menghargai potensi dan martabat peserta
didik — yaitu memuliakan setiap individu — serta menekankan pembelajaran yang
holistik: membekali peserta didik tidak hanya dengan pengetahuan kognitif,
tetapi juga keterampilan sosial, karakter, emosional, fisik, nilai–nilai
kemanusiaan.
Apa saja Pengalaman Belajar dalam
Pembelajaran Mendalam? Pengalaman belajar dalam kerangka pembelajaran mendalam
bergerak melalui tiga tahapan utama: memahami, mengaplikasi, dan merefleksi.
Tahap Memahami adalah ketika peserta didik
aktif mengkonstruksi pengetahuan dari berbagai sumber dan konteks: memahami
konsep, teori, struktur, serta mengaitkannya dengan pemahaman mendalam.
Tahap Mengaplikasi adalah ketika peserta
didik menggunakan pengetahuan tersebut dalam konteks nyata atau situasi baru;
mereka mampu menerapkan, memecahkan masalah, atau mencipta berdasarkan
pemahaman itu.
Tahap Merefleksi adalah ketika peserta didik
mengevaluasi dan memberi makna terhadap proses dan hasil pembelajarannya; di
sini muncul regulasi diri (self-regulation), perencanaan, pengawasan, serta
evaluasi cara belajar mereka sendiri.
Dalam dokumen juga diuraikan jenis-jenis pengetahuan yang terlibat dalam pengalaman belajar: pengetahuan esensial (fundamental), pengetahuan aplikatif, dan pengetahuan nilai serta karakter. Misalnya, dalam ranah kognitif digunakan taksonomi seperti SOLO Taxonomy untuk menggambarkan perkembangan dari mengingat hingga mencipta.
Bagiamana Langkah-Langkah Perencanaan
Pembelajaran Mendalam? Dokumen naskah menyajikan langkah-langkah sistematis
untuk perencanaan pembelajaran mendalam, yang antara lain mencakup:
identifikasi kesiapan peserta didik, analisis materi pelajaran, penentuan
dimensi profil lulusan yang akan dicapai, pemilihan topik yang kontekstual dan
relevan, serta menentukan kerangka pembelajaran yang meliputi praktik
pedagogis, kemitraan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pemanfaatan
digital.
Secara lebih rinci: guru harus terlebih
dahulu mengidentifikasi karakteristik peserta didik (misalnya latar belakang,
minat, pengetahuan awal), memahami struktur dan integrasi materi pelajaran,
serta mengaitkannya dengan nilai dan karakter. Guru kemudian merancang tujuan
pembelajaran, memilih topik yang kontekstual dan dapat dihubungkan dengan
situasi nyata, dan menyusun aktivitas pembelajaran yang selaras dengan prinsip
berkesadaran-bermakna-menggembirakan.
Kerangka pembelajaran mendalam yang
disarankan mencakup empat elemen: praktik pedagogis (seperti inkuiri, proyek,
kolaboratif), kemitraan pembelajaran (guru-siswa-orang tua-komunitas-mitra
industri), lingkungan pembelajaran (ruang fisik dan virtual yang kondusif,
fleksibel), dan pemanfaatan teknologi digital sebagai katalisator.
Bagaimana Contoh Implementasi Pembelajaran
Mendalam di Kelas? Dalam naskah dikemukakan berbagai contoh implementasi yang
disesuaikan dengan jenjang pendidikan (PAUD, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK,
khusus).
Sebagai gambaran: di jenjang SD/MI,
pembelajaran mendalam dapat mengambil topik seperti lingkungan sekitar yang
relevan bagi siswa, misalnya pengenalan tanaman obat keluarga (toga) di
lingkungan sekolah, lalu siswa melakukan proyek menanam, mengamati, mencatat
pertumbuhan, dan mempresentasikan hasilnya. Aktivitas ini memungkinkan siswa
memahami secara mendalam konsep biologi, lingkungan, serta menerapkan dan
merefleksi nilai-nilai seperti tanggung jawab dan kepedulian.
Di jenjang SMA/MA atau SMK/MAK, fokusnya
lebih pada penerapan berpikir kritis, analitis, sintesis dan keterampilan dunia
nyata. Misalnya siswa diberikan masalah nyata lintas disiplin ilmu yang
memerlukan kolaborasi, penelitian, pengambilan keputusan, presentasi, dan
refleksi, bukan sekadar menghafal atau mengerjakan latihan soal rutin.
Implementasi semacam ini menunjukkan
pergeseran dari pembelajaran yang berorientasi pada hasil kuantitatif (nilai,
kelulusan) menuju pembelajaran yang berorientasi pada proses pembelajaran
mendalam—yang menumbuhkan kompetensi generatif, aplikasi nyata, dan refleksi
diri.
Lalu Apa Model Asesmen dalam Pembelajaran
Mendalam? Dalam konteks pembelajaran mendalam, asesmen tidak hanya dipandang
sebagai pengukuran akhir dari penguasaan materi, tetapi sebagai bagian integral
dari proses belajar yang mendukung pemahaman mendalam, aplikasi, dan refleksi.
Dokumen naskah mengemukakan tiga fungsi utama asesmen: asesmen sebagai
pembelajaran (assessment as learning), asesmen untuk pembelajaran (assessment
for learning), dan asesmen dari pembelajaran (assessment of learning).
Asesmen sebagai pembelajaran mengambil peran
dalam refleksi diri peserta didik, menyediakan umpan balik untuk memahami
bagaimana mereka belajar, apa yang telah dicapai, dan bagaimana mengatur
strategi belajarnya sendiri.
Asesmen untuk pembelajaran menekankan asesmen
formatif yang membantu guru dan siswa memonitor proses pembelajaran,
menyediakan umpan balik, serta memperbaiki jalan pembelajaran sebelum mencapai
hasil akhir.
Asesmen dari pembelajaran adalah yang
konvensional: pengukuran capaian pembelajaran akhir, namun dalam kerangka PM
tetap harus mencakup pemahaman konseptual, keterampilan berpikir tingkat
tinggi, aplikasi dalam konteks nyata, serta nilai dan karakter.
Dokumen juga menyoroti bahwa bentuk-bentuk
asesmen autentik sangat relevan, seperti portofolio, jurnal reflektif,
peer-assessment (penilaian antar siswa), proyek, peta konsep, observasi,
presentasi, dan lain-lain, dibandingkan semata-mata tes tertulis pilihan ganda.
Bagaimana membuat Contoh praktik terbaik atau best practice Pembelajaran Mendalam dalam memenuhi
Tugas IN2 Pelatihan Mendalam untuk Guru. Dalam membuat tugas IN2 Pelatihan
PM Guru guru harus menyampaikan Pembelajaran Mendalam di kelas dengan
menggunakan Model Inkuiri Kolaboratif
Model Inkuiri Kolaboratif Pembelajaran
Mendalam merupakan salah satu bentuk
praktik pedagogis utama dalam Pembelajaran Mendalam. Model ini menempatkan
peserta didik sebagai penemu pengetahuan, bukan sekadar penerima informasi.
Proses pembelajaran berfokus pada penyelidikan (inkuiri) terhadap suatu
fenomena atau persoalan nyata melalui kerja sama (kolaborasi) antara peserta
didik, guru, dan pihak lain yang relevan (misalnya ahli, komunitas, atau
masyarakat sekitar).
Tujuan utamanya adalah agar peserta didik: a)
Mampu mengajukan pertanyaan bermakna, b) Mengumpulkan dan menganalisis data, c)
Menarik kesimpulan berdasarkan bukti, d) Merefleksi proses berpikirnya, serta
e) Membangun pemahaman yang mendalam melalui interaksi sosial dan refleksi
pribadi.
Model ini mendukung prinsip utama
Pembelajaran Mendalam — yakni berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan —
karena melibatkan peserta didik secara aktif, kontekstual, dan reflektif dalam
menemukan makna belajar.
Berikut ini Contoh praktik terbaik atau best practice Pembelajaran Mendalam dalam memenuhi
Tugas IN2 Pelatihan Mendalam untuk Guru dengan Model Inkuiri Kolaboratif
I. Pendahuluan
Kegiatan pembelajaran ini merupakan penerapan
Pembelajaran Mendalam dengan model Inkuiri Kolaboratif yang melibatkan dua mata
pelajaran, yaitu IPS dan Bahasa Indonesia. Kolaborasi lintas mata pelajaran ini
dilakukan untuk menciptakan pengalaman belajar yang berkesadaran, bermakna, dan
menggembirakan bagi peserta didik.
Tema yang diangkat adalah “Dampak Perubahan
Sosial di Lingkungan Sekitar”, yang relevan dengan kompetensi dasar IPS tentang
dinamika sosial dan Bahasa Indonesia tentang kemampuan menyajikan hasil penelitian
dalam bentuk teks laporan.
Melalui pendekatan Inkuiri Kolaboratif,
peserta didik tidak hanya mempelajari fakta sosial, tetapi juga belajar
meneliti, berkomunikasi, dan merefleksi secara kritis melalui bahasa.
II. Tujuan Kegiatan
a) Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan reflektif peserta didik terhadap fenomena sosial di lingkungan sekitar.
b) Meningkatkan kemampuan menulis dan berbicara ilmiah melalui kegiatan penyelidikan dan pelaporan.
c) Menumbuhkan kolaborasi antarpeserta didik dan antarguru dalam pembelajaran kontekstual.
d) Menanamkan kesadaran sosial serta nilai tanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat.
III. Langkah-Langkah Pelaksanaan
1. Assess (Menilai dan Memahami Situasi Awal)
Pada tahap awal, guru
IPS dan Bahasa Indonesia melakukan asesmen diagnostik untuk memahami minat,
pengalaman, serta pengetahuan awal peserta didik terkait perubahan sosial yang
terjadi di lingkungan mereka.
Kegiatan dimulai
dengan sesi diskusi terbuka di mana siswa diminta menceritakan perubahan apa
yang mereka amati di sekitar tempat tinggal — seperti munculnya toko modern,
perpindahan penduduk, perubahan gaya hidup, atau berkurangnya interaksi
antarwarga.
Guru IPS membantu
peserta didik memahami fenomena tersebut dari perspektif sosial dan ekonomi,
sementara guru Bahasa Indonesia menuntun mereka mengidentifikasi cara
menuliskan hasil pengamatan itu menjadi teks laporan.
Dari proses ini,
siswa menunjukkan rasa ingin tahu terhadap penyebab dan dampak perubahan sosial
di sekitar mereka, yang kemudian menjadi dasar rumusan pertanyaan inkuiri:
“Bagaimana perubahan
sosial memengaruhi kehidupan masyarakat di sekitar sekolah kami?”
2. Design (Merancang Penyelidikan dan Aksi
Pembelajaran)
Guru IPS dan Bahasa
Indonesia bersama siswa merancang rencana kegiatan inkuiri.
Dalam perancangan
ini, kelompok belajar dibentuk berdasarkan minat terhadap subtopik tertentu —
misalnya perubahan pekerjaan, interaksi sosial, dan gaya hidup digital.
Guru IPS membimbing
siswa menentukan metode pengumpulan data: wawancara warga, observasi, serta
pencarian informasi dari sumber pustaka atau berita daring.
Guru Bahasa Indonesia
mendampingi siswa merancang format laporan hasil penelitian, termasuk struktur
teks laporan hasil observasi, penggunaan bahasa ilmiah, dan teknik penyusunan
paragraf.
Pada tahap ini, guru
juga menyiapkan instrumen asesmen formatif berupa jurnal refleksi, rubrik
kolaborasi, dan panduan presentasi agar proses dapat dinilai secara
berkelanjutan.
3. Implement (Melaksanakan Penyelidikan dan
Aksi Kolaboratif)
Tahap pelaksanaan
dimulai dengan kegiatan lapangan. Peserta didik melakukan observasi langsung ke
lingkungan sekitar sekolah dan wawancara dengan beberapa warga. Mereka mencatat
data perubahan sosial yang tampak — misalnya pergeseran pekerjaan dari sektor
pertanian ke perdagangan daring, atau berkurangnya kegiatan gotong royong.
Guru IPS mengarahkan
siswa dalam menganalisis faktor penyebab dan dampak sosial-ekonomi dari
perubahan tersebut, menggunakan konsep “adaptasi sosial” dan “modernisasi”.
Sementara itu, guru
Bahasa Indonesia mendampingi siswa dalam mengolah hasil wawancara dan observasi
menjadi teks laporan ilmiah. Mereka belajar membuat struktur teks yang
sistematis (pendahuluan, isi, penutup), memperhatikan kohesi dan koherensi,
serta menambahkan kutipan data dari hasil lapangan.
Hasil kerja kelompok
kemudian disajikan dalam bentuk presentasi kolaboratif di kelas, di mana setiap
kelompok memaparkan temuan dan solusi yang mereka usulkan.
Siswa juga mengunggah
laporan mereka di blog kelas sebagai media publikasi digital.
4. Reflect & Change (Refleksi dan Perubahan)
Setelah seluruh
kegiatan selesai, guru dan peserta didik melakukan refleksi bersama.
Guru IPS memandu diskusi reflektif dengan pertanyaan: “Apa pemahaman baru yang kalian peroleh tentang perubahan sosial di lingkungan kalian?” Sementara guru Bahasa Indonesia menanyakan: “Bagaimana proses menulis laporan membantu kalian memahami topik ini lebih mendalam?”
Dari refleksi,
peserta didik menyadari bahwa perubahan sosial tidak hanya berdampak pada
ekonomi, tetapi juga pada nilai-nilai kebersamaan. Mereka juga merasa lebih
percaya diri dalam menulis dan mempresentasikan hasil penelitian.
Sebagai tindak lanjut
(change), siswa berinisiatif membuat poster kampanye sosial bertema “Menjaga
Kepedulian di Era Modern” yang dipajang di area sekolah.
Guru dari kedua mata
pelajaran mencatat hasil refleksi ini sebagai dasar perbaikan strategi
pembelajaran mendalam berikutnya — terutama dalam memperkuat integrasi lintas
mata pelajaran dan memberikan ruang lebih besar bagi eksplorasi siswa.
IV. Hasil dan Dampak Pembelajaran
Kolaborasi guru IPS
dan Bahasa Indonesia menghasilkan beberapa perubahan positif:
Peserta didik menunjukkan
peningkatan kemampuan berpikir kritis dan analitis.
Hasil tulisan siswa
menjadi lebih terstruktur dan berbasis data.
Siswa lebih aktif
berdiskusi dan berani mengemukakan pendapat.
Pembelajaran terasa
lebih bermakna karena berkaitan langsung dengan kehidupan sehari-hari.
Selain itu, hubungan
antar siswa dalam kelompok menjadi lebih erat, karena mereka belajar bekerja
sama dalam mengumpulkan data, berdiskusi, dan menulis laporan.
V. Kesimpulan
Model Inkuiri
Kolaboratif dengan tahapan Assess, Design, Implement, dan Reflect & Change
berhasil menciptakan pengalaman Pembelajaran Mendalam yang utuh.
Kolaborasi antara
guru IPS dan Bahasa Indonesia menunjukkan bahwa lintas disiplin ilmu dapat
memperkaya pemahaman siswa secara holistik: IPS memberi konteks sosial dan
kritis, sementara Bahasa Indonesia mengembangkan kemampuan ekspresi,
komunikasi, dan refleksi.
Pembelajaran semacam
ini tidak hanya menumbuhkan pengetahuan konseptual, tetapi juga kesadaran diri,
empati sosial, dan keterampilan abad ke-21 seperti kolaborasi dan literasi
informasi.
Berikut ini Contoh PPT praktik terbaik atau best practice Pembelajaran Mendalam dalam
memenuhi Tugas IN2 Pelatihan Mendalam (PM) untuk Guru
link download Contoh praktik terbaik atau best practice Pembelajaran Mendalam dalam memenuhi Tugas IN2 Pelatihan Mendalam untuk Guru
Semoga info Contoh Laporan Praktik Baik atau best practice Pembelajaran Mendalam dalam memenuhi Tugas IN2 Pelatihan Mendalam (PM) untuk Guru ini bermanfaat untuk referensi Anda dalam memahami dan mengimplementasikan Pembelajaran Mendalam di lingkungan sekolah. Jika Anda ingin, saya bisa menyusun contoh RPP-atau-unit pembelajaran dengan pendekatan Pembelajaran Mendalam untuk jenjang tertentu (misalnya SD atau SMP) agar dapat langsung diterapkan.

0 Comments:
Posting Komentar